Tepis Ketabuan Mistisisme Melalui Seminar Nasional

Pengabdian Prodi Pariwisata Budaya: Memoles Desa Les
June 18, 2021
Seluruh Prodi Terakreditasi, STAHN Mpu Kuturan Genjot Akreditasi Institusi
July 2, 2021

SINGARAJA, HUMAS – Jurusan Brahma Widya Sekolah Tinggi Agama Hindu (STAH) Negeri Mpu Kuturan Singaraja menggelar seminar nasional dengan tema “Mistisisme Nusantara” yang berlangsung di Hotel Aneka, Lovina Selasa, 29 Juni 2021. Kegiatan tersebut digelar untuk menepis hal yang tabu tentang paradigma mistis di masyarakat.

Kegiatan tersebut dibuka Ketua STAH Negeri Mpu Kuturan Singaraja Dr. I Gede Suwindia, M.A. Selain membuka, Suwindia juga didaulat untuk menjadi pembicara kehormatan dalam seminar yang digelar secara daring dan luring tersebut.

Ketua Panitia Seminar Ayu Veronika Somawati, M.Fil.H, menjelaskan, seminar digelar untuk menambah wawasan khususnya bagi pendidik dan tenaga kependidikan di lingkungan Jurusan Brahma Widya, akademisi dan masyarakat secara umum mengenai mistisisme nusantara.

Menurutnya, mistisisme sebagai suatu konsep abstrak tidak memiliki definisi yang cukup komprehensif untuk membatasi maknanya. Namun, terdapat kesepakatan mendasar bahwa mistisisme merupakan dimensi batiniyah yang ada pada seluruh agama. Mistisisme bersifat universal dalam makna, tetapi pertikular dalam implementasinya. Mistisisme muncul dalam bentuk pengalaman mistik dan proses untuk mencapai kesatuan dengan Tuhan, atau kekuatan semacam-Nya yang bersumber dari sudut pandang teologis dan filosofis yang beragam.

“Mistis kadang masih diasumsikan sebagai sesuatu yang tabu dan memiliki kecenderungan negatif bagi sebagian orang,” ujarnya.

Mistisisme dalam pengertian filsafat Lanjut Veronika, cenderung diartikan sebagai usaha pikiran manusia untuk memahami esensi ketuhanan atau realitas mutlak sesuatu, sedangkan dari sudut pandang agama, mistisisme cenderung dilihat sebagai usaha untuk menikmati kesenangan (berkah) melalui hubungan aktual dengan yang Maha Tinggi (Tuhan). Mistisisme seringkali dipahami sebagai realisasi dari kesatuan atau persatuan dengan sesuatu yang “super” jika tak terbatas lebih besar dari hal yang bersifat empiris.

“Maka Jurusan Brahma sebagai jurusan yang mengkaji nilai-nilai teologi dan filsafat hindu memandang perlu untuk melaksanakan seminar nasional ini. Juga untuk mefasilitasi akademisi atau peneliti yang ingin mempublikasi paper akademisinya yang berkaitan dengan mistisisme nusantara melalui penerimaan kontribusi peneliti dalam bentuk prosiding dengan lima sub tema,” terangnya.

Dalam seminar nasional yang berlangsung sehari itu, menghadirkan dua orang narasumber. Mereka masing-masing Prof. Dr. Nengah Bawa Atmadja, MA dari universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja yang membawakan materi tentang Mistisisme dalam Pandangan Filsafat, dan Prof. Dr. Drs. I Wayan Suka yasa, M.Si dari Universitas Hindu Indonesia dengan materinya berjudul Mistisisme dalam Kesusastraan. (hms)

Comments are closed.