SINGARAJA, HUMAS – Program Studi (Prodi) Filsafat Hindu di STAH Negeri Mpu Kuturan Singaraja mengadakan Tarkavada, sebuah diskusi filsafat Hindu dengan tema “Perempuan dalam Budaya Patriarki”. Acara yang berlangsung di Aula STAH Negeri Mpu Kuturan Singaraja pada Rabu (05/07) ini dihadiri oleh empat narasumber yang kompeten di bidangnya, yakni Ikhaputri Widiantini, M.Si, Ni Putu Dewi Ariantini, SE., M.Si., Dr. AAA Ngurah Tini Rusmini Gorda, SH., MH., dan Ida Ayu Dwidyaniti Wira, S.KM., M.Kes.
Wakil Ketua I STAH Negeri Mpu Kuturan Singaraja, Dr. I Made Sedana, S.Pd., M.Pd., dalam sambutannya saat membuka acara ini menyebut bahwa diskusi ini merupakan wujud nyata dari upaya Prodi Filsafat Hindu dalam mendorong pemikiran kritis mahasiswa untuk melihat fenomena seputar perempuan dan menganalisisnya dari berbagai perspektif. Tema yang diangkat, yakni “Perempuan dalam Budaya Patriarki”, menjadi tantangan menarik dalam diskusi filsafat.
Sedana juga menyinggung tentang sosok-sosok perempuan yang memiliki pengaruh besar di Dunia dan Indonesia. ia juga menitipkan pesan kepada mahasiswi yang mengikuti kegiatan untuk tetap semangat dalam melanjutkan studi, karena dengan pendidikan perempuan dapat menjadi apapun yang mereka inginkan.
“Banyak di luaran sana sosok perempuan yang menjadi tokoh maupun pemimpin besar. mereka membawa pengaruh besar pada lingkungannya masing-masing, sebut saja Marissa Mayer CEO Yahoo, di Indonesia ada sosok Megawati Soekarno Putri sebagai Presiden perempuan pertama di Indonesia dan siapa tak kenal Ibu Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan. Sosok ini harus menjadi inspirasi bagi peserta yang khususnya mahasiswi agar tidak ragu dalam berkuliah dan mendapatkan ilmu di kampus ini, karena pendidikan menjadi jalan utama kalian semua untuk meraih cita-cita”, tegasnya.
Sementara itu, Ketua Panitia pelaksana Ni Luh Putu Yuliani Dewi, M.Ag menjelaskan, kegiatan ini diinisiasi sebagai respons terhadap perjalanan peradaban dunia yang selalu melibatkan posisi dan kedudukan wanita, menjadi topik menarik yang sering dibahas. Pada periode tertentu, perempuan berperan sebagai poros utama dalam peradaban, namun pada periode lainnya, mereka menghadapi situasi yang sulit. Sebagian besar kebudayaan di Nusantara menganut paham patriarki, di mana pria menjadi pusat peradaban dan perempuan dianggap sebagai sosok sampingan.
Menurutnya, Tarkavada ini menjadi wadah bagi mahasiswa Prodi Filsafat Hindu untuk mengembangkan pemikiran kritis mereka dan memahami peran perempuan dalam budaya patriarki. Melalui diskusi ini, diharapkan peserta dapat mendapatkan pemahaman yangmendalam tentang kompleksitas peran dan kedudukan perempuan dalam peradaban.
“Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya Prodi Filsafat Hindu untuk memberikan wawasan dan pemahaman yang lebih luas kepada mahasiswa tentang peran perempuan dalam konteks budaya patriarki. Diharapkan diskusi ini dapat mendorong mahasiswa untuk berpikir kritis, mempertanyakan norma yang ada, dan mempromosikan kesetaraan gender dalam masyarakat,” ujar Yuliani.
Dalam diskusi ini, narasumber-narasumber yang ahli dalam bidangnya membahas peran perempuan dalam budaya patriarki. Ikhaputri Widiantini, M.Si, salah satu narasumber, mengulas tentang filsafat feminisme dan eksistensi kaum feminim. Dia menyoroti fakta bahwa seringkali perempuan dibatasi oleh pandangan masyarakat yang masih menganut paham patriarki. Padahal, perempuan memiliki kemampuan yang sama dengan pria namun tidak selalu diakui sebagai tokoh berpengaruh dalam peradaban.
“Saya saat menjadi mahasiswa sering mengikuti aktifitas di kampus, sehingga pulang larut malam. Stigma di masyarakat khususnya di Indonesia yang menganut paham patriarki mengganggap itu tidak pantas dilakukan oleh perempuan, walau dari pihak keluarga tidak pernah mempermasalahkannya. Dalam dunia filsafat sosok filsuf yang pemikirannya dikenal luas juga hanya sosok pria saja, padahal ide atau gagasan yang muncul dari perempuan tidak kalah dari pria di luaran sana”, papar perempuan yang akrab dipanggil putri ini.
Dengan adanya kegiatan diskusi seperti Tarkavada ini, diharapkan mahasiswa dapat mengembangkan pemahaman yang lebih dalam tentang perempuan dalam budaya patriarki dan mampu melihatnya dari berbagai perspektif. STAH Negeri Mpu Kuturan Singaraja terus berkomitmen untuk menyelenggarakan kegiatan yang berkontribusi pada pengembangan pemikiran kritis dan pemahaman yang holistik bagi mahasiswanya. (hms)