SINGARAJA, HUMAS – Desa Les di Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng, Bali, memiliki beragam potensi baik alam, seni dan budaya. Hanya saja, potensi tersebut memerlukan polesan dan pengelolaan yang baik, sehingga dapat memberikan manfaat bagi kesejahteraan masyarakat.
Terlebih pada masa pandemi seperti saat ini, dapat menjadi momentum mengoptimalkan potensi Desa Les. Salah satunya, melalui sentuhan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) berbasis kearifan lokal.
Menyambut hal tersebut, Program Studi Pariwisata Budaya Hindu STAH Negeri Mpu Kuturan Singaraja melaksanakan pengabdian kepada masyarakat di desa Les. Pengabdian dengan tema “Kotamaning Desa Les: Menggali Kearifan Lokal & Potensi Wisata”, dilaksanakan dalam kurun waktu yang cukup panjang, yakni selama 2 minggu, mulai 15 Juni 2021 hingga 29 Juni 2021.
Menurut Ketua Panitia Pradna Lagatama S.Pd.H., M.Pd, pengabdian dalam waktu yang cukup panjang ini, dimaksudkan untuk memaksimalkan potensi di desa Les yang terdiri dari berbagai sektor. Terlebih pengabdian ini juga terasa istimewa karena melibatkan seluruh dosen yang ada di bawah jurusan Dharma Duta, yakni prodi Ilmu Komunikasi dan prodi Penerangan Agama Hindu.
“Nantinya para dosen ini akan mendampingi masyarakat, mulai dari pokdarwis, sekaa teruna teruni, UKM, pelaku budaya hingga sekolah. Kita memiliki sumber daya yang kompeten di bidang-bidang itu, karena melibatkan seluruh dosen di jurusan Dharma Duta”, ucap dosen asal Bangli ini.
Sementara itu, Kepala Jurusan Dharma Duta, I Nyoman Suardika, S.Ag., M.Fil.H dalam acara pembukaan pengabdian di Balai Serbaguna Desa Les mengatakan, konsep pengabdian yang dilaksanakan ini diharapkan mengikuti apa yang menjadi keinginan dan fokus perhatian pembangunan di Desa Les. Terlebih Desa Les ini diberkahi kondisi alam yang terdiri dari perbukitan dan lautan, sebuah wujud dari konsep Nyegara Gunung.
“Jadi, saya harapkan pelaksanaan pengabdian ini sesuai dengan program-program yang ada di Desa Les, sehingga desa ini dapat berkembang, terutama dari sektor parwisata maupun budayanya”, kata I Nyoman Suardika di hadapan peserta pembukaan pengabdian.
Kepala P3M STAH Negeri Mpu Kuturan Singaraja Dr. I Nyoman Miarta Putra, S.Ag., M.Ag ketika membuka pengabdian mewakili Ketua STAH Negeri Mpu Kuturan Singaraja menyambut baik terlaksana pengabdian yang dilakukan. Bahkan pejabat asal Kabupaten Badung ini mengharapkan, agar apa yang dilakukan saat ini dapat berkesinambungan dan desa Les ke depan juga dapat menjadi tempat praktik lapangan mahasiswa STAH Negeri Mpu Kuturan Singaraja.
“Kami mengucapkan terima kasih kepada masyarakat Desa Les karena telah berkenan menerima program pengabdian yang dilakukan Prodi Pariwisata Budaya. Kami berharap, program ini dapat berkesinambungan, sehingga desa ini bisa menjadi salah satu laboratarium baik dalam bidang penelitian maupun pengabdian”, ucap Dr. I Nyoman Miarta.
Di sisi lain, Perbekel Desa Les Gede Adi Wistara, SH mengapreasiasi pelaksanaan pengabdian yang dilaksanakan di desanya. Perbekel yang masih muda ini mengakui, bahwa desa yang berada di timur Buleleng ini, memiliki mimpi untuk menjadi desa wisata berbasis kearifan lokal dan dikenal masyarakat luas. Bahkan dalam kesempatan itu, Adi Wistara juga menginginkan mahasiswa STAH Negeri Mpu Kuturan Singaraja dapat melaksanakan KKN di Desa Les.
“Kami memiliki potensi alam Air Terjun Yeh Mampeh dan juga bahari yang perlu mendapat perhatian dari semua kalangan. Untuk itu, kami berharap bapak dan ibu dosen STAH Negeri Mpu Kuturan Singaraja, dapat membantu kami dalam mengembangkan potensi tersebut tentu dengan nilai-nilai agama Hindu”, ucap Adi Wistara.
Pada akhir acara pembukaan pengabdian juga diserahkan sejumlah barang penanganan COVID-19 berupa masker, face shield dan hand sanitizer yang kemudian dilanjutkan dengan penandatangan nota kesepahaman kerjasama antara STAH Negeri Mpu Kuturan Singaraja dan Pemerintah Desa Les. Pada akhir pembukaan juga digelar bondres yang melibatkan seniman dari STAH Negeri Mpu Kuturan Singaraja. (hms)