SINGARAJA, HUMAS – STAH Negeri Mpu Kuturan Singaraja terus melakukan upaya dalam memperkuat identitas dan kearifan lokal daerah Buleleng. Salah satu contohnya adalah pembangunan tembok penyengker candi benyar yang telah dilakukan di kampus ini.
Tembok dan candi bentar tersebut dibangun dengan menggunakan bahan batu paras sangsit yang khas, serta dihiasi dengan ukiran khas Buleleng, sebagai langkah nyata dalam melestarikan budaya dan identitas lokal.
Proses pembangunan tembok penyengker dan candi bentar ini merupakan bagian dari upaya yang dilakukan oleh STAHN Mpu Kuturan Singaraja untuk menjaga dan memperkuat kearifan lokal Buleleng. Dengan memilih bahan batu paras sangsit yang khas dan menggabungkannya dengan ukiran khas Buleleng, tembok penyengker ini tidak hanya menjadi simbol keindahan fisik, tetapi juga menjadi penanda identitas yang kuat bagi kampus ini.
Batu paras sangsit, yang merupakan jenis batu alam yang terdapat di daerah Buleleng, memiliki keunikan dan keindahan yang khas. Sementara itu, ukiran khas Buleleng memperlihatkan keahlian tangan-tangan para pengrajin lokal yang telah diturunkan secara turun-temurun. Kombinasi kedua elemen ini menciptakan tembok penyengker yang tak hanya memiliki nilai estetika yang tinggi, tetapi juga bernilai sejarah dan budaya yang tinggi.
Pembangunan tembok penyengker dan candi bentar di STAH Negeri Mpu Kuturan Singaraja telah selesai. Proyek yang dikerjakan oleh CV Karya Utama berhasil diselesaikan dalam waktu 105 hari dengan anggaran mencapai Rp 1,8 Miliar. Pada hari Senin, 3 Juli 2023, dilaksanakan acara serah terima pekerjaan yang berlangsung dengan sukses.
Ketua STAHN Mpu Kuturan Singaraja, Dr. I Gede Suwindia, M.A menyampaikan pentingnya pelestarian kearifan lokal dalam pembangunan fisik kampus. “Kami memiliki komitmen yang kuat untuk menjaga keberagaman dan kekayaan budaya Buleleng. Pembangunan tembok penyengker ini merupakan salah satu langkah nyata kami dalam melestarikan identitas lokal serta memberikan nilai tambah bagi kampus ini,” ujarnya dengan penuh semangat.
Selain sebagai sarana pembatas, tembok penyengker ini juga menjadi objek yang menarik perhatian para pengunjung dan mahasiswa. Sebagai bagian dari lingkungan kampus, tembok tersebut juga memberikan pesan yang kuat tentang keberagaman budaya dan kearifan lokal yang harus dijaga dan dilestarikan.
Pembangunan tembok penyengker ini menjadi inspirasi bagi mahasiswa dan masyarakat sekitar untuk semakin menghargai dan melestarikan warisan budaya Buleleng. Diharapkan bahwa langkah ini tidak hanya akan memberikan kebanggaan bagi STAHN Mpu Kuturan Singaraja, tetapi juga menjadi contoh bagi institusi pendidikan dan masyarakat lainnya untuk melakukan upaya serupa dalam melestarikan kearifan lokal di daerah masing-masing.
Dengan pembangunan tembok penyengker yang menggambarkan keindahan batu paras sangsit dan keahlian ukiran khas Buleleng, STAHN Mpu Kuturan Singaraja terus mengukuhkan eksistensinya sebagai lembaga pendidikan yang peduli terhadap pelestarian budaya lokal dan membangun kebanggaan akan identitas Buleleng. (hms)