SINGARAJA, HUMAS – Nama Nitya Yuli Pratistha dalam beberapa bulan belakangan ini menjadi sosok yang viral di Media Sosial. Ia yang telah dinyatakan lulus dari bangku SMA ini terkenal sebagai seorang pe-dharmawacana milenial. Untuk melanjutkan pendidikannya ditingkat Perguruan Tinggi, Nitya demikian sapaan akrabnya, memutuskan untuk kuliah di Sekolah Tinggi Agama Hindu (STAH) Negeri Mpu Kuturan Singaraja.
Nitya sebagai seorang pe-dharmawacana memang tampil sedikit berbeda dibandingkan dengan nama-nama besar pe-dharmawacana Hindu yang ada selama ini. Diusianya yang masih sangat muda, Ia biasa menyampaikan dharmawacana dengan menggunakan Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa. Maklum saja, karena Nitya lahir dan besar di Jombang, Jawa Timur.
Perempuan kelahiran Kediri 26 juli 2000 ini memulai kegiatannya sebagai seoang pedharmawacana sejak usianya masih 16 tahun. Kala itu, Ia kerap mengikuti berbagai kegiatan lomba dharmawacana tingkat Kecamatan dan berhasil menjadi juara.
Memiliki keperibadian pemalu, Anak pertama dari dua bersaudara ini juga memanfaatkan dharmawacana untuk melatih kemampuan berbicaranya di depan umum. Apalagi, ada sebuah misi yang ingin dicapainya dengan berdharmawacana. Yakni untuk bisa membangun Hindu terutama generasi muda hindu yang berkarakter berlandaskan dharma, dan utamanya bisa memepertahankan agama hindu.
“Juga sebagai tantangan bagi diri Saya sendiri, karena apa yang Saya lontarkan juga harus Saya terapkan pada diri Saya, sehingga dengan dharmawacana Saya bisa memperbaiki diri saya,” jelasnya.
Untuk mewujudkan mimpinya itu, Nitya menyebut jika hal itu harus dibaregi dengan kemampuan akademik yang baik dan juga pengalaman yang lebih banyak. Sehingga, Putri pasangan Sumilir dan Eko Warti Ning Tyas ini kemudian membuat sebuah keputusan untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang Perguruan Tinggi. Dan tempat kuliah yang menjadi pilihannya adalah Sekolah Tinggi Agama Hindu (STAH) Negeri Mpu Kuturan Singaraja.
Keputusannya untuk kuliah di Perguruan Tinggi Hindu Negeri satu-satunya di Bali Utara ini bukan tanpa alasan. Ia mendapatkan sebuah rekomendasi tempat kuliah dari seorang tokoh yang bernama Kusno. Saat itu, tepatnya pada hari Tilem Sasih Kawolu, Nitya di undang dharmawacana di Pura Kerta Bumi Bongso Wetan Gresik. Kusno yang merupakan pengurus PHDI Provinsi Jatim Bidang Penggalian Dana merekomendasikan STAHN Mpu Kuturan Singaraja.
Dari rekomendasi itu, Nitya pun kemudian mencari tahu lebih dalam tentang kampus tersebut. Diketahui jika STAHN Mpu Kuturan memiliki fasilitas yang memadai, dengan dosen-dosen muda yang berkualitas. Selain itu, yang membuatnya tertarik adalah keberadaan Unit Kegiatan mahasiswa (UKM) Dharmawacana, yang nantinya bisa menjadi wadah untuk pengembangan potensinya tersebut.
Keputusan itu juga mendapat dukungan penuh dari kedua orang tuanya. Tinggal jauh dengan orang tua juga tidak akan menjadi beban bagi dirinya. Karena menurutnya, tinggal terpisah dari orang tua demi menuntut ilmu akan menjadikannya pribadi yang lebih mandiri.
“Kalau soal cita-cita, Saya rasa semua anak memiliki cita-cita yang sama untuk orang tua. Saya memiliki cita-cita untuk bisa mengembangkan Agama Hindu agar tidak menjadi minioritas. Jika Tuhan berkehendak Saya ingin berbagi ilmu Saya yang terbatas kepada generasi-generasi selanjutnya,” ujarnya. (hms)