SINGARAJA, HUMAS – Putu Shinta Aiswarya, Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Hindu (STAH) Negeri Mpu Kuturan Singaraja berhasil memboyong juara 3 tingkat nasional pada lomba Artikel Nasional yang digelar oleh Universitas Pendidikan Ganesha pada 14 November 2021.
Dalam lomba tersebut, Shinta mengangkat Judul Pengaruh Gadget Di Tengah Dinamika Budaya Senyum, Sapa, dan Salam Dalam Kehidupan Normal Baru. Ia sengaja mengangkat isu itu karena adanya kekhawatiran terhadap degradasi budaya yang belakangan ini terus mengalami penurunan.
“Kan sekarang gadget lagi ngetrend banget, jadi sosialisasi itu jarang. Jadi ayo dong kita kembalikan prestasi bangsa yang dijuluki negara paling murah senyum di Dunia, bukannya malah menambah citra indonesia sebagai negara paling tidak sopan se Asia Tenggara. Dimulai dari langkah kecil yakni 3S yang bagiku termasuk ke dalam character building yg pas buat bangsa ini,” ungkapnya.
Dalam proses pembuatan artikel, Shinta mengaku memiliki beberapa kendala, terutama dalam penyusunan kalimat yang memang harus menggunakan bahasa yang baku. Beruntung, Ia memiliki teman yang selalu mendukung dan membantunya. Hingga akhirnya berhasil meraih juara tiga nasional.
Tentu ada sebuah rasa bangga. Selain untuk pembuktian terhadap diri sendiri, juga bisa mengharumkan nama lembaga STAH Negeri Mpu Kuturan Singaraja di kancah Nasional. Terlebih lagi, para peserta memang terbilang berat karena berasal dari Perguruan Tinggi yang telah memiliki nama besar.
“Perasaannya sih karna awalnya juga saya pengen membuka mindset orang- orang bahwa kita bisa jadi juara di tingkat manapun asal kita mau usaha, dan rasanya makin excited ketika saya berhasil menaklukkan ketakutan saya. Bahwa ternyata berjuang di tengah orang- orang hebat tidak seburuk itu, malah kita makin jadi terpacu untuk terus maju,” ujarnya.
Saat ini lanjut Shinta, masyarakat khususnya generasi muda tidak hanya dihadapkan pada situasi pandemic Covid-19, namun juga berhadapan dengan pesatnya perkembangan teknologi menuju disupsi digital. Sehingga mulai sekarang, pemikiran harus selalu terbuka untuk bersiap dalam menghadapi sebuah perubahan.
“Kalau kita terus diam di zona nyaman, kita ngga akan ikut kontribusi buat Bangsa. Selain itu peran pemuda penting buat saya, tapi jangan sampai over produktif dan buat kesehatan terganggu ya. Saya jadi ingat kata Belva Devara CEO ruangguru katanya mimpi itu gratis, tapi jangan lupa buat realisasi dan kalau mimpi itu belum diketawain orang, berarti belum tinggi mimpinya,” ujarnya bersemangat. (hms/persma)