SINGARAJA- Pandemi Covid-19 berdampak signifikan kepada kehidupan sosial ekonomi masyarakat saat ini. Tidak hanya pekerja harian atau swasta saja yang terpukul akibat merebaknya Virus Corona tersebut. Para mahasiswa rantau tak luput dari dampaknya. Tak sedikit yang menjerit karena kiriman orang tua mandek. Hal ini mendorong pihak civitas kampus melakukn gerakan kolektif dan solidaritas untuk mahasiswa yang tidak memilih pulang kampung.
Salah satunya dilakukan oleh para dosen di Lingkungan Kampus Sekolah Tinggi Agama Hindu (STAHN) Mpu Kuturan Singaraja. Mereka menggalang bantuan berupa sembako untuk suplay para mahasiswa yang kini lebih banyak menghabiskan waktu di kos-kosan. Koordinator Penggalangan dan Distributor Bantuan Nyoman Suka Ardiyasa, M.Fil.H mengakui gerakan ini dilakukan spontan dan kolektif di internal Dosen STAHN Mpu Kuturan Singaraja. Menurutnya para mahasiswa di kampus tersebut tidak hanya berasal dari Bali, namun ada juga dari luar daerah.
“Karena keterbatasan biaya pulang kampung dan pertimbangan keamanan mereka memilih tinggal di kos-kosan. Kondisi krisis seperti ini menyebabkan mereka serba kekurangan dan harus survive, “katanya, Minggu (26/4) disela pembagian sembako di kampus setempat. Sembako yang dikumpulkan, kata dia merupakan donasi para dosen dalam waktu yang sangat singkat. Sementara pembagian sembako sudah dilangsungkan sejak Sabtu (25/4). Adapun kebutuhan sembako terdiri dari beras, mie instan, telur, hingga minyak goreng.
Setidaknya ada 40 sembako yang di didistribusikan kepada para mahasiswa. Pembagian dilakukan secara tertib dengan mematuhi protokol kesehatan. “Kami juga membagikan masker untuk para mahasiswa “ucap dosen yang juga Ketua Aliansi Peduli Bahasa Bali tersebut.
Rencananya, bantuan sembako tersebut akan dilakukan kontinyu hingga kondisi betul-betul kondusif. Sementara itu salah satu mahasiswa penerima bantuan, Ayu Widiastuti bersyukur dan tak menduga jika ia dan kawan-kawan lainnya yang masih menetap di Singaraja mendapat perhatian. “Ini sangat membantu. Soalnya kiriman terakhir bulan Januari dari orang tua. Saya hanya mengandalkan beasiswa bidikmisi sampai sekarang,”ucap mahasiswi asal Kolaka Timur, Sulawesi Tenggara tersebut.
Ia mengakui, hasil panen pertanian di kampung halaman anjlok membuat orang tuanya belum bisa mengirimkan uang bulanan. “Hasil panen merica tidak seberapa untuk hidup di kampung saja sulit, “imbuh mahasiswi Semester IV Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar tersebut. Selama kuliah online dari rumah, tidak sedikit mahasiswa memutar otak untuk bertahan. ” Teman-teman banyak yang jualan online sekarang, “ujarnya. (wid/hms)